Senin, 27 April 2020

Wisnungkara

WISNUNGKARA berwujud raksasa hitam. Ia adalah putra Ditya Rudramurti (penjelmaan Bathara Isnapura putra Sanghyan Wisnu dengan Dewi Sri Pujayanti) dengan Bathari Kalayuwati, putri Bathara Kala dengan Dewi Pramuni. Wisnungkara menjadi kerabat dekat Sanghyang Wisnu yang sebenarnya kakeknya sendiri. Ia bertugas memberi kesejahteraan di dalam lingkungan raksasa, gandarwa dan Asura. Tugasnya sangat berat karena pada umumnya para gandarwa, raksasa dan Asura tidak mengenal ajaran kebajikan dan adat-istiadat, sehingga tindakan mereka serba penuh dengan kerusuhan. Untuk menyadarkan mereka bilamana perlu harus berani bertindak dengan kekerasan dan kekejaman.


Pada jaman Lokapala/Alengka, Wisnungkara menjelma sebagai Resi Pulasiya, untuk mengajarkan fatwa kebajikan kepada para raksasa Alengka dan Lokapala. Sedangkankan pada jaman Ramayana, Wisnungkara menjelma sebagaui Brahmana Kala, brahmana raksasa di pertapaan Dwarawati. Ia bertugas menjaga keselamatan Dewi Shinta, putri Prabu Janaka dari negara Mantili yang merupakan penjelmaan Bathari Sri Widowati dan berusaha mempertemukannya dengan satria penjelmaan Sanghyang Wisnu. Brahmana Kala juga bertugas menyerahkan pusaka-pusaka Sanghyang Wisnu seperti panah Gowawijaya kepada Ramawijaya.

Wisnungkara juga menitis atau manunggal pada Resi Pulastya, ayah dari Jembawan di pertapaan Grastina, dan menjadi sahabat karib Resi Gotama, ayah dari Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa. Sedangkan pada jaman Mahabharata, Wisnungkara menitis pada Resi Parasurama, guru dari Resi Bisma/Dewabrata, Resi Drona dan Adipati Karna di pertapaan Daksinapata.

Dari perkawinannya dengan Dewi Mayangsari, hapsari keturunan Sanghyang Nioya ia mempunyai seorang putra yang diberi nama Ditya Mayangkara.